
Batik adalah warisan budaya dari leluhur berupa seni corak pada kain dengan menggunakan lilin malam. Proses pembuatannya yang membutuhkan ketelatenan dan kesabaran, membuat batik memiliki nilai yang tinggi di masyarakat. Baik itu dari segi harga maupun gengsi. Tak jarang, sering kita amati batik menjadi busana formal untuk acara seremonial penting kenegaraan maupun perusahaan.
Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud, kata batik juga berasal dari bahasa Jawa yaitu tritik, kata batik berasal dari gabungan dari dua kata yaitu amba yang maknanya adalah menulis serta titik yang maknanya adalah titik.
Secara historis, batik mulai dikenal luas mulai abad ke 17. Pada saat itu, motifnya lebih banyak berbentuk binatang serta tanaman. Namun, motif batik terus mengalami perkembangan pada motif-motif yang menyerupai awan maupun relief candi.
Keberadaan dari kegiatan batik tertua diketahui berasal dari Ponorogo dengan nama Wengker. Saat itu, banyak kerajaan dari Jawa Tengah mulai belajar batik dari Ponorogo. Karena itulah, batik Ponorogo memiliki corak yang agak mirip dengan batik yang beredar di Jawa Tengah.
Abad ke-20 menjadi surga bagi para pembatik Ponorogo. dikarenakan produksi batiknya yang melampaui industri batik di Jawa Tengah ataupun Yogyakarta. Selain itu, upah pembatik yang berada di Ponorogo pun tertinggi di Pulau Jawa.
Lompat pada zaman ini, batik tidak hanya digemari di dalam negeri. Gaung batik pun sudah sampai hingga ke mancanegara. Terbukti dengan banyaknya tokoh-tokoh luar negeri yang mengenakan batik seperti Nelson Mandela hingga Kate Middleton bahkan Heidi Klum.
Bahkan, Amerika Serikat adalah negara sebagai pengimpor terbanyak batik dari Indonesia. Disusul Jerman, Jepang, dan Korea Selatan. Data dari Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, batik menjadi salah satu penyumbang devisa negara dengan nominal ekspor yang cukup fantastis yaitu mencapai Rp 2,1 triliun!
Penulis: Ila Laniza
Editor: Ari Wibowo