
Di dunia supporter bola, kerap terdengar istilah “hooligan” yang disandingkan dengan berbagai kerusuhan saat ada perhelatan sepak bola antar klub raksasa.
Tapi sebenarnya, bagaimana hooligan sendiri mendapati stigma itu selalu disematkan pada mereka?
Tidak ada kepastian mengenai kapan etimologi hooligan di Eropa memulai kemunculannya. Banyak versi terkait sejarah ini. Bila menilik dari sejumlah literasi disebutkan bahwa istilah hooligan berasal dari nama keluarga asal Irlandia, O’Hoolihan, yang tinggal di London Selatan pada abad ke-18 atau 19.
Keluaga ini dikenal sebagai tukang rusuh, pemabuk, dan biang keonaran. Seiring berjalannya waktu, nama keluarga O’Hoolihan ini kemudian berubah menjadi ‘Hoolihan’ dan akhirnya Hooligan.
Masih dari London, ada kisah beda lagi. Ialah Patrick Hooligan, tinggal di London pada akhir abad ke-18. Patrick mahsyur sebagai penyulut banyak perkelahian jalanan di kota London kala itu. Walhasil, polisi Inggris pun menggunakan namanya untuk menggambarkan aksi kekerasan jalanan di masa itu.
Sedikit berbeda dengan 2 kisah tadi, ternyata juga ada sebuah kata di Irlandia, “hooley”, yang memiliki arti liar dan kata ini pun diidentikkan dengan Hooligan.
Maka, kapan hooligan diidentikkan tukang rusuh di sepak bola? Insiden pertamanya terjadi pada penghujung abad ke-19 di Inggris. Kala itu terjadi penyerangan terhadap pemain dan wasit. Sayangnya aksi ricuh ini luput dari publikasi media. Baru saat rusuh suporter Celtic dan Ranges yang terjadi pada 1909 di final Piala Skotlandia, istilah hooligan digunakan media dan publik Inggris.
Cap hooligan juga sebenarnya tak melulu kepada kelompok suporter asal Inggris. Di Kroasia, ada The Bady Blue Boys yang mendukung Dinamo Zagreb dan Torcida, pendukung Hajduk Split, dengan aksinya yang terkenal pada Mei tahun 1900 yang mencatatkan sedikitnya 500 orang alami luka-luka.

Penulis: Ila Laniza
Editor: Ari Wibowo